Kamis, 06 Desember 2007

Artikulasi Politik Kaum Muda

Oleh : Gun Gun Heryanto

Saat Michael Sessions (18) terpilih sebagai Walikota termuda sepanjang sejarah Amerika, banyak yang meragukan kemampuan politik sekaligus manajerial sang walikota yang masih tercatat sebagai siswa di SMA Hillsdale. Sumber ketidakpercayaan tak lain adalah faktor usia, karena politik selalu diidentikan dengan kematangan pengalaman yang menjadi satu dari dua sisi mata uang selain kematangan usia.
Begitu pun saat Benigno (Ninoy) Aquino Jr. dari Philipina, menjadi walikota termuda di provinsinya dengan usia baru 22 tahun, dia menimbulkan kehebohan luar biasa dalam percaturan politik Philipina saat itu. Mirip iklan salah satu produk‘yang muda belum boleh bicara (baca berpolitik)’ , maka Aquino pun harus merasakan pahitnya didiskualifikasi dari jabatanya setelah 7 tahun memerintah. Apa penyebabnya? sederhana, ternyata saat dia mencalonkan diri sebagai walikota, usianya kurang 19 hari dari batas usia yang diperbolehkan mendaftar. Tapi, politik selalu menjadi rumusan art of possibility, sukses dijegal dari jabatannya sebagai walikota, Aquino justru menjadi gubernur termuda dalam usia 28 tahun (1976), senator termuda di Philipina pada usia 34 tahun dan sempat mencalonkan diri sebagai Presiden Philipina pada tahun 1973.
Lagi-lagi, gagalnya Aquino tak terkait dengan kapabilitas dirinya karena masih belia, melainkan justru kemampuannya yang luar biasa itulah yang menakutkan lawan-lawan politiknya sehingga dia pada tahun 1972 harus dijebloskan ke dalam tahanan militer yang khusus. Setelah itu, diasingkan di AS dan klimaknya pada 21 Agustus 1983 di tembak di Bandara Internasional Manila. Kematian Ninoy telah menjadi martil bagi perjuangan rakyat Philipina menumbangkan rejim Markos, setalah sebelumnya semangat Ninoy bermetamorfosis dalam semangat Qorazon Aquino istrinya.
Manifesto Pemuda
Munculnya spirit dan kekuatan politik kaum muda juga yang menghantarkan NKRI sperti sekarang ini. Sedikit flashback sejarah nasional kita, artikulasi semangat kaum muda Indonesia tak hanya dengan mengangkat senjata tapi juga dengan pemikiran dan pencerahan. Caranya, tentu saja melalui konsolidasi kekuatan yang digawangi kaum muda tersebut.
Para pemuda yang terhimpun dalam Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda tahun 1925, telah melahirkan Manifesto Politik 1925 yang intinya berisi prinsip perjuangan yakni unity (persatuan), equality (kesetaraan), dan liberty (kemerdekaan). Sebuah manifesto dari kaum muda yang menjadi pintu menentukan bagi proses ikrar bersama masyarakat negara-bangsa (nation-state) yang berslogan “satu nusa, satu bangsa, satu bahasa" yakni Indonesia. Konggres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 itulah satu diantara momentum artikulasi politik kaum muda yang luar biasa.
Proses berdemokrasi yang dinamis dan kerapkali melahirkan situasi krisis selalu membutuhkan kontribusi politik kaum muda Indonesia. Soekarno sempat berujar “berikan kepadaku 10 pemuda, maka akan kuubah dunia” . Sebuah pernyataan retoris yang menekankan optimisme jika kaum muda mau dan mampu membangun kapasitas individual mereka.

Tidak ada komentar: