Senin, 21 Maret 2011

WIKILEAKS DAN RESPON ISTANA


Oleh: Gun Gun Heryanto

(Tulisan ini telah dipublikasikan di Harian Seputar Indonesia, 14 Maret 2011)

Opini publik seputar bocoran kawat diplomatik WikiLeaks yang dipublikasikan di dua surat kabar Australia, The Age dan Sydney Morning Herald (SMH), menjadi titik episentrum gempa politik baru.

Hikmahnya bagi Istana, sejumlah isu mengenai reshuffle dan gonjang-ganjing koalisi turun peringkat dari bingkai utama media. Negatifnya, berita yang dilansir menohok langsung kredibilitas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), keluarga, dan Istana. Meski juga ada tokohtokoh lain yang disebut seperti Taufiq Kiemas dan Jusuf Kalla, SBY dan politik kekuasaannya menjadi fokus utama gempa WikiLeakstersebut.

Politik Informasi

Pemberitaan dua surat kabar Australia ini menarik dicermati dalam perspektif komunikasi politik sebagai politik informasi, yakni bagaimana perang informasi berlangsung antarkekuatan lintas negara. Terutama menyangkut bingkai waktu dan isi dari bergulirnya isu, eksistensi media di domain publik,dan relasi antarnegara. Pertama,menyangkut bingkai waktu (framing of time) dan bingkai isi (framing of content) yang membuat isu ini tampak sangat politis.

Bergulirnya isu bersamaan dengan kunjungan Wakil Presiden Boediono ke Canberra untuk berunding dengan pelaksana Perdana Menteri (PM) Australia Wayne Swan. Dalam perspektif pengkaji komunikasi politik, konteks kerap menjadi pesan itu sendiri. Kedatangan pejabat tinggi negara seperti selevel wakil presiden sudah tentu akan mengundang liputan media massa, baik dari media di Australia maupun Indonesia. Publikasi bocoran data WikiLeaks ini juga sepertinya mempertimbangkan redanya kegaduhan politik seputar hak angket pajak dan isu reshuffle kabinet di Indonesia.

Persis setelah konsolidasi mitra koalisi, terutama SBY-Ical,isu di kedua surat kabar Australia ini pun digulirkan. Disengaja atau tidak, dalam konteks pembingkaian waktu publikasi, informasi seputar isu ini bisa memalingkan perhatian khalayak. Inilah yang digambarkan Maxwell McCombs dan Donald L Shaw sebagai agenda setting. Dalam tulisan klasik mereka berjudul The Agenda Setting Function of Mass Media (1972) dijelaskan jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media akan memengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting.

Apa yang dianggap penting oleh media akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Begitu juga sebaliknya apa yang dilupakan media akan luput juga dari perhatian masyarakat. Efek dalam agenda setting biasanya terdiri atas efek langsung dan efek lanjutan (subsequent effects). Efek langsung berkaitan dengan isu, apakah isu bahwa SBY melakukan abuse of poweritu ada atau tidak ada dalam agenda khalayak. Lalu mana yang akan dianggap paling penting menurut khalayak (salience).

Bagaimana isu-isu itu ”diperingkatkan” oleh khalayak dan apakah ”peringkatnya” itu sesuai dengan “peringkat” dari media. Sementara efek lanjutan (subsequent effects) terkait dengan persepsi. Tentu gatekeepers seperti penyunting, redaksi, bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan dari data bocoran WikiLeaks yang mereka terima. Dengan demikian apa yang mereka paparkan di produk jurnalistiknya suka atau tidak suka berpretensi memengaruhi persepsi khalayak di Australia, Indonesia, juga dunia internasional berkenaan dengan kredibilitas politik SBY.

Kedua,terkait dengan eksistensi media di domain publik. Ada perbedaan mendasar antara WikiLeaks dengan The Age dan SMH.WikiLeaks sejak didirikan pada tahun 2006 memang memproklamasikan diri sebagai gerakan transparansi radikal. Pada November 2010, WikiLeaks merilis 250 kawat diplomatik rahasia dari Kedutaan Besar Amerika Serikat di sejumlah negara. Singkatnya gerakan mereka kerap dilabeli dengan sebutan hacktivism. Fenomena seperti ini dibahas panjang lebar oleh Richard A Clarke dan Robert K Knake dalam bukunya Cyber War (2010) sebagai serangan kontemporer yang harus diwaspadai bagi keamanan nasional.

Sementara The Agedan SMH yang sama-sama berada di dalam naungan grup Fairfax Media merupakan media massa komersial yang tentu tak lepas dari kepentingan ekonomi dan politik dari komodifikasi isu terkait SBY ini.Asas kerja jurnalisme The Agedan SMH tentunya adalah asas jurnalisme. Tentu,menjadi kewajiban yang melekat bagi kedua surat kabar Australia ini untuk memverifikasi data yang bersumber dari Wikileaks dengan memberi peliputan yang cover bothside agar tak terjebak pada pembunuhan karakter, dramatisasi fakta maupun propaganda.

Penyikapan Kasus

Untuk menyikapi bocoran data WikiLeaks, Presiden SBY maupun pihak Istana jangan hanya sibuk menyangkal dan mempertanyakan keakuratan data organisasi hacktivist pimpinan Assange itu. Penyangkalan tanpa paparan substansial dari apa yang diisukan justru hanya akan mengundang kecurigaan dari khalayak. Ada dua langkah strategis yang seyogianya secara intensif dan komprehensif dilakukan Presiden SBY dan orang-orangnya di Istana. Pertama, meminta sesegera mungkin hak jawab atas pemberitaan yang dilansir The Age dan SMH.

Sekali lagi bukan sekadar hak jawab basa-basi, melainkan penyampaian fakta dan data terkait dengan substansi yang digulirkan kedua surat kabar tersebut. Misalnya apa dan bagaimana penanganan kasus korupsi yang melibatkan Taufiq Kiemas. Bagaimana posisi Ani Yudhoyono,BIN, dan hubungan SBY-pengusaha yang diduga ada hubungan transaksional. Penjelasan komprehensif berbasis data dan fakta itulah yang akan diuji oleh khalayak, mana yang paling meyakinkan. Tentu, jika Yudhoyono merasa tidak melakukan apa-apa yang dituduhkan dan tercederai oleh pemberitaan kedua surat kabar tersebut, ada mekanisme hukum yang bisa menjadi saluran penyelesaian.

Kedua, sudah sewajarnya selain memberi nota protes kepada Amerika Serikat (AS) melalui Duta Besar AS untuk Indonesia, Scot Marciel, pihak SBY juga meminta klarifikasi sejelas-jelasnya mengenai substansi kawat-kawat diplomatik AS tersebut. Yang berkembang saat ini, terkesan Pemerintah AS tidak menyalahkan maupun membenarkan substansi isunya, melainkan sekadar basa-basi permintaan maaf semata. Beranikah SBY meminta penjelasan terperinci mengenai substansi serta membukanya ke ruang publik? ●

Tulisan ini bisa diakses di Web Seputar Indonesia:

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/386835/

Sumber gambar:

www.msn.com

Tidak ada komentar: