Rabu, 26 Agustus 2009

KOMUNIKASI PENDIDIKAN


Oleh : Gun Gun Heryanto

(Telah Dipublikasikan di Tabloid Pena-9, Edisi 25 Tahun II)



Istilah Komunikasi Pendidikan masih belum familiar baik di kalangan peminat kajian komunikasi, civitas akademia maupun khalayak umum di tanah air ini. Bidang ini tak sementereng komunikasi politik, komunikasi bisnis, komunikasi pemasaran, komunikasi organisasi, komunikasi antarbudaya dan lain-lain. Sangat sulit mencari tulisan populer, jurnal, buku atau publikasi lainnya yang secara ekplisit mengelaborasi bidang ini. Hal ini semakin lengkap dengan belum banyaknya untuk tak mengatakan belum ada sama sekali, mata kuliah komunikasi pendidikan dalam kurikulum di fakultas, jurusan atau program studi di tingkat perguruan tinggi maupun sekolah. Begitu pun di institut dan universitas yang memiliki historis sebagai perguruan tinggi ilmu pendidikan.
Jika dilihat dari peminatan riset, komunikasi pendidikan juga masih kalah jauh dengan bidang baru lainnya seperti komunikasi kesehatan. Saat ini, banyak riset cukup serius baik di level S1, S2 hingga S3 yang menjadikan komunikasi kesehatan sebagai riset akhir studi. Tentu saja hal ini menjadi ironi, karena sesungguhnya komunikasi pendidikan memiliki posisi penting baik dalam konteks kajian di ranah keilmuan komunikasi dan keilmuan pendidikan maupun sebagi skill praktis yang dapat menunjang proses pendidikan itu sendiri.
Paling tidak ada dua pertimbangan dasar yang penting kita perhatikan untuk menjawab mengapa komunikasi pendidikan menjadi keharusan. Pertama, dunia pendidikan sangat membutuhkan sebuah pemahaman yang holistik, komprehensif, mendasar dan sistematis tentang pemanfaatan komunikasi dalam implementasi kegiatan belajar-mengajar. Tanpa ruh komunikasi yang baik, maka pendidikan akan kehilangan cara dan orientasi dalam membangun kualitas out put yang diharapkan. Dalm konteks ini, komunikasi pendidikan bisa kita sejajarkan pentingnya dengan metodologi pengajaran, manajemen pendidikan dan lain-lain. Kita bisa bayangkan hampir 80 persen aktivitas guru maupun dosen di ruang kelas adalah kegiatan komunikasi baik verbal maupun non verbal. Oleh karenanya, hasil buruk penerimaan materi oleh para siswa, belum tentu karena guru atau dosennya bodoh, bisa jadi justru karena metode komunikasi mereka yang sangat buruk di depan para siswa.
Kedua, komunikasi pendidikan akan menunjukkan arah dari proses konstruksi sosial atas realitas pendidikan. Sebagaimana dikatakan teoritisi sosiologi pengetahuan Peter L Berger dan Thomas Luckman dalam social construction of reality, yang mamahami bahwa realitas itu dikonstruksi oleh makna-makna yang dipertukarkan dalam tindakan dan interaksi individu-individu. Dengan demikian, dapat kita pahami bahwa realitas itu dinamis dan intersubyektif. Mengkonstruksi makna tentu tak lepas dari proses pelembagaan dan legitimasi untuk memapankan sesuatu sehingga terpola dan menjadi kenyataan obyektif. Sekaligus juga terdapat internalisasi sebagai dimensi subyektif dari proses konstruksi tersebut. Artinya, komunikasi pendidikan bisa memberi kontribusi sangat penting dalam pemahaman dan praktik interaksi serta tindakan seluruh individu yang terlibat dalam dunia pendidikan. Pendidikan tak akan bisa mewujudkan nilai kelompok terbagi (shared group conciousness) tanpa dukungan komunikasi.

2 komentar:

Asnawin Aminuddin mengatakan...

Artikelnya bagus, mohon izin sy copy untuk bahan bacaan dan bahan mengerjakan tugas2 kuliah jika diperlukan, trims (asnawin)

Asnawin Aminuddin mengatakan...

Artikelnya bagus, mohon izin sy copy untuk bahan bacaan dan bahan mengerjakan tugas2 kuliah jika diperlukan, trims (asnawin)